Kamis, 07 Maret 2013

Konsep , Perkembangan & Pendekatan Kesehatan Mental



KONSEP MENTAL

Istilah Kesehatan Mental diambil dari konsep mental hygiene, kata mental berasal dari bahasa Yunani yang berarti Kejiwaan. Kata mental memilki persamaan makna dengan kata Psyhe yang berasal dari bahasa latin yang berarti Psikis atau Jiwa, jadi dapat diambil kesimpulan bahwa mental hygiene berarti mental yang sehat atau kesehatan mental. Kesehatan mental adalah terhindarnya seseorang dari keluhan dan gangguan mental baik berupa neurosis maupun psikosis (penyesuaian diri terhadap lingkungan sosial). Kesehatan mental seseorang sangat erat kaitannya dengan tuntutan-tuntutan masyarakat tempat ia hidup, masalah-masalah hidup yang dialami, peran sosial dan pencapaian-pencapaian sosialnya.

Berdasarkan orientasi penyesuaian diri, kesehatan mental memiliki pengertian kemampuan seseorang untuk dapat menyesuaikan diri sesuai tuntutan kenyataan di sekitarnya. Tuntutan kenyataan yang dimaksud di sini lebih banyak merujuk pada tuntutan yang berasal dari masyarakat yang secara konkret mewujud dalam tuntutan orang-orang yang ada di sekitarnya. M. Jahoda, seorang pelopor gerakan kesehatan mental, memberi definisi kesehatan mental yang rinci. Dalam definisinya, “kesehatan mental adalah kondisi seseorang yang berkaitan dengan penyesuaian diri yang aktif dalam menghadapi dan mengatasi masalah dengan mempertahankan stabilitas diri, juga ketika berhadapan dengan kondisi baru, serta memiliki penilaian nyata baik tentang kehidupan maupun keadaan diri sendiri.” Definisi dari Jahoda mengandung istilah-istilah yang pengertiannya perlu dipahami secara jelas yaitu penyesuaian diri yang aktif, stabilitas diri, penilaian nyata tentang kehidupan dan keadaan diri sendiri.
          Penyesuaiaan diri berhubungan dengan cara-cara yang dipilih individu untuk mengolah rangsangan, ajakan dan dorongan yang datang dari dalam maupun luar  diri. Penyesuaian diri yang dilakukan oleh pribadi yang sehat mental adalah penyesuaian diri yang aktif dalam pengertian bahwa individu berperan aktif dalam pemilihan cara-cara pengolahan rangsang itu. Individu tidak seperti binatang atau tumbuhan hanya reaktif terhadap lingkungan. Dengan kata lain individu memiliki otonomi dalam menanggapi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan.

Kesehatan mental tertentang dari yang baik sampai dengan yang buruk, dan setiap orang akan mengalaminya. tidak sedikit orang, pada waktu-waktu tertentu mengalami masalah-masalah kesehatan mental selama rentang kehidupannya. Fungsi-fungsi jiwa seperti pikiran, perasaan, sikap, pandangan dan keyakinan hidup, harus dapat saling membantu dan bekerjasama satu sama lain sehingga dapat dikatakan adanya keharmonisan yang menjauhkan orang dari perasaan ragu dan terhindar dari kegelisahan dan pertentangan batin (konflik).
Karakteristik mental yang sehat :
  • ·         Dapat menyesuaikan diri
  • ·         Terhindar dari gangguan jiwa
  • ·         Memanfaatkan potensi semaksimal mungkin
  • ·         Tercapai kebahagiaan pribadi dan orang lain
Karakteristik mental tidak sehat :
  • ·         Perasaan tidak nyaman
  • ·         Perasaan tidak aman
  • ·         Kurang memiliki rasa percaya diri
  • ·         Kurang memahami diri
  • ·         Kurang mendapat kepuasan dalam berhubungan sosial
  • ·         Ketidakmatangan emosi
  • ·         Kepribadiannya terganggu


RUANG LINGKUP MENTAL HYGIENE

1.      Mental Hygiene dalam Keluarga
Penerapan mental hygiene di lingkungan keluarga amatlalh penting. Apabila hubungan interpersonal antar orangtua-anak kurang harmonis, terjadinya perceraian, atau iklim psikologis di rumah pada umumnya tidak nyaman, seperti: sikap permusuhan, iri hati (cemburu), bertengkar, atau kurang memperhatikan nilai-nilai moral, maka individu (khusunya anak) akan mengalami kegagalan dalam mencapai perkembangan mentalnya secara sehat.

2.      Mental Hygiene di Sekolah
Tidak kalah pentingnya menerapkan mental hygiene di lingkungan sekolah. Gagasan ini didasarkan pada asumsi, bahwa “perkembangan kesehatan mental peserta didik dipengaruhi oleh iklim sosio-emosional di sekolah.” Apabila iklim kurang kondusif, seperti: hubungan antar pimpinan sekolah dengan guru-guru yang mengalami stres, penerapan nilai-nilai moral rendah; dan adanya diskriminasi atau ketidakadilan, maka perkembangan kesehatan mental paserta didik akan mengalami hambatan.

3.      Mental Hygiene di Tempat Kerja
Lingkungan kerja memainkan peranan penting dalam kehidupan manusia (pejabat, pimpinan, pegawai atau karyawan). Lingkungan kerja tidak hanya menjadi tempat mencari nafkah, ajang persaingan bisnis/ekonomi, dan peningkatan kesejahteraan hidup dan harga diri, tetapi juga dapat menjadi sumber stres yang memberikan dampak negatif terhadap kesehatan mental bagi semua orang berada dan berinteraksi di tempat itu.

4.      Mental Hygiene dalam Kehidupan Politik
Dalam dunia politik penerapan mental hygiene ini sangatlah penting. Tidak sedikit orang yang bergelut dalam bidang politik (politisi, baik eksekutif maupun legislatif) yang mengidap gangguan mental, seperti: pemalsuan ijazah, money politic, korupsi, berkhianat kepada rakyat (ingkar janji), dan stres yang memunculkan perilaku agresif (menyerang lawan politik, baik secara verbal maupun nonverbal, atau karena gagal menjadi calon legislatif, dia merusak atribut partai).

5.      Mental Hygiene di Bidang Hukum
Seorang hakim perlu memiliki pengetahuan tentang mental hygiene, agar dapat mendeteksi tingkat kesehatan mental terdakwa atau para saksi apda saat proses pengadilan berlangsung. Pemahaman hakim tentang kesehatan mental terdakwa sangat berpengaruh terhadap pengambilan keputusan hakim.

6.      Mental Hygiene dalam Kehidupan Beragama
Sebenarnya pendekatan agama dalam penyembuhan gangguan psikologis merupakan bentuk yang paling baik. Telah beberapa abad lamanya, para nabi atau para penyebar agama melakukan therapeutik terutama dalam menyembuhkan penyakit-penyakit rohaniah umatnya

FUNGSI MENTAL HYGIENE

Mental hygiene mempunyai tiga fungsi yaitu sebagai berikut.
  •   Preventif (pencegahan)
Fungsi ini menerapkan prinsip-prinsip yang menjamin mental yang sehat, seperti halnya physical hygiene memelihara fisik yang sehat. Istirahat yang memadai merupakan cara untuk memelihara fisik yang sehat, sementara pemuasan kebutuhan psikologis (seperti memperoleh kasih sayang dan rasa aman) merupakan prinsip yang mendasar dalam memelihara mental yang sehat.
  •       Amelioratif (perbaikan)
Amelioratif merupakan upaya memperbaiki kepribadian dan meningkatkan kemampuan menyesuaikan diri, sehingga gejala-gejala tingkah laku dan mekanisme pertahanan diri dapat dikendalikan.
  •     Suportif (pengembangan)
Fungsi ini merupakan upaya untuk mengembangkan mental yang sehat atau kepribadian, sehingga seseorang mampu menghndari kesulitan-kesulitan psikologis yang mungkin dialaminya.



PERKEMBANGAN KESEHATAN MENTAL


Kecenderungan Perkembangan Kesehatan Mental

A.         GAYA HIDUP MODERN
Modernisasi di samping berdampak positif bagi kehidupan, seperti diperolehnya kemudahan-kemudahan dalam berbagai bidang, namun ternyata telah melahirkan dampak yang kurang menguntungkan, yaitu dengan menggejalanya berbagai problema yang semakin kompleks, baik yang bersifat personal maupun sosial. Manusia modern telah dipeprdaya oleh produk pemikirannya sendiri, karena kirang mampu mengontrol dampak negatifnya, yaitu rusaknya lingkungan yang memporak-porandakan kenyamanan hidupnya.

B.         KESEHATAN MENTAL PADA ANAK DAN REMAJA

1. Masalah Kesehatan Mental
Seperti halnya orang dewasa, anak-anak dan remaja pun dapat mengalami masalah-masalah kesehatan mental yang mempengaruhi cara mereka berpikir, merasa, dan bertindak. Masalah-masalah kesehatan mental dapat menyebabkan kegagalan studi, konflik keluarga, penggunaan obat terlarang, kriminalitas, dan bunuh diri. Di samping itu, masalah kesehatan mental pun dapat membatasi kemampuannya untuk menjadi orang yang produktif. Masalah kesehatan mental yang sering dialami oleh anak-anak dan remaja, diantaranya depresi, rasa cemas, hiperaktif, dan gangguan makan.

2. Gangguan Mental pada Anak dan Remaja

a. Gangguan Perasaan
·         Perasaan sedih dan tak berdaya
·         Sering marah-marah atau bereaksi yang berlebihan terhadap sesuatu
·         Perasaan tak berharga
·         Perasaan takut, cemas atau khawatir yang berlebihan
·         Kurang bisa konsentrasi
·         Merasa bahwa kehidupan ini sangat berat
·         Perasaan pesimis menghadapi masa depan

b. Gangguan Perilaku
·         Mengkonsumsi alkohol atau obat-obat terlarang
·         Suka mengganggu hak-hak orang lain atau melanggar hukum
·         Melakukan sesuatu perbuatan yang dapat mengancam kehidupannya
·         Memiliki obsesi untuk memiliki tubuh yang langsing
·         Menghindar dari persahabatan atau senang hidup menyendiri
·         Sering melamun
·         Sering melakukan kenakalan di sekolah.

3. Penyebab Gangguan Mental pada Anak dan Remaja
a. Faktor biologis, seperti: genetika, ketidakseimbangan kimiawi dalam tubuh, menderita penyakit kronis, dan kerusakan sistem syaraf pusat.
b. Faktor psikologis, seperti: frustasi, konflik, terlalu pesimis menghadapi masa depan, kurang mendapat pengakuan dari kelompok, dan tidak mendapat kasih sayang dari orangtua.
c. Faktor lingkungan, seperti: merebaknya tayangan film di televisi yang bertema kejahatan dan pornoaksi, merebaknya perdagangan minuman keras dan naza, penjualan alat-alat kontrasepsi yang tidak terkontrol, penjualan VCD atau majalah porno, dll.

Pengembangan Kesehatan Mental

A.PENGEMBANGAN KESEHATAN MENTAL DALAM KELUARGA
Tak seorang pun meragukan besarnya pengaruh keluarga (orangtua) terhadap perkembangan kepribadian anak. Orangtua dengan sungguh-sungguh penuh kasih sayang memberi pendidikan tentang nilai-nilai kehidupan, nilai-nilai agama maupun sosial budaya yang merupakan faktor penting untuk mempersiapkan anak menjadi pribadi dan anggota masyarakat yang sehat.
Dapat dikemukakan bahwa secara sosiopsikologis, fungsi keluarga adalah:
1. Pemberi rasa aman bagi anak dan anggota keluarga lainnya.
2. Sumber pemenuhan kebutuhan baik fisik maupun psikis.
3. Sumber kasih sayang dan penerimaan.
4. Model pola perilaku yang tepat bagi anak untuk belajar menjadi anggota masyarakat yang baik.
5. Pemberi bimbingan bagi pengembangan perilaku yang secara sosial dianggap tepat.
6. Pembantu anak dalam memecahkan masalah yang dihadapinya dalam rangka menyesuaikan dirinya terhadap kehidupan.
7. Pemberi bimbingan dalam belajar keterampilan, motorik, verbal, dan sosial yang dibutuhkan untuk penyesuaian diri.
8. Stimulator bagi pengembangan kemampuan anak untuk mencapai prestasi, baik di sekolah maupun di masyarakat.
9. Pembimbing dalam mengembangkan aspirasi.
10. Sumber persahabatan anak, sampai cukup usia untuk mendapatkan teman di luar rumah, atau apabila persahabatan di luar rumah tidak memungkinkan.
Pengaruh keluarga terhadap perkembangan kepribadian atau kesehatan mental anak (remaja), yaitu menyangkut keberfungsian dan perlakuan keluarga.
  •   Keberfungsian keluarga
Seiring dengan perjalanan hidupnya, yang diwarnai oleh faktor internal dan faktor eksternal, maka masing-masing keluarga mengalami perubahan yang beragam. Ada keluarga yang semakin kokoh dalam menerapkan fungsinya namun ada juga keluarga yang mengalami ketidakharmonisan.
  •   Hubungan orangtua-anak
Weiten dan Lioyd (1994: 361) mengemukakan lima prinsip effective parenting, yaitu sebagai berikut.
a. Menyusun standar yang tinggi, namun dapat dipahami. Dalam hal ini anak diaharapkan untuk berperilaku dengan cara yang sesuai dengan usianya.
b. Menaruh perhatian terhadap perilaku anak yang baik dan memberikan reward. Perlakuan ini perlu dilakukan sebagai pengganti dari kebiasaan orangtua pada umumnya, yaitu bahwa mereka suka menaruh perhatian kepada anak pada saat anak berperilaku menyimpang, namun membiarkannya ketika melakukan yang baik.
c. Menjelaskan alasannya, ketika meminta anak untuk mengerjakan sesuatu.
d. Mendorong anak untuk menelaah dampak perilakunya terhadap orang lain.
e. Menegakkan aturan secara konsisten.

B.PENGEMBANGAN KESEHATAN MENTAL DI SEKOLAH
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang secara sistematik melaksanakan program bimbingan, pengajaran, dan pelatihan untuk membantu siswa mengembangkan potensinya, baik menyangkut aspek moral-spiritual, intelektual, emosional, maupun sosial.

C.PENGEMBANGAN KESEHATAN MENTAL DI MASYARAKAT
Pengembangan kesehatan mental di masyarakat amatlah penting, karena perkembangan kesehatan mental seseoarang dipengaruhi oleh suasana kehidupan masyarakat dimana ia tinggal.



PENDEKATAN KESEHATAN MENTAL

A.      Pendekatan Orientasi Klasik

Sehat fisik artinya tidak ada keluhan fisik. Sedang sehat mental artinya tidak ada keluhan mental. Dalam ranah psikologi, pengertian sehat seperti ini banyak menimbulkan masalah ketika kita berurusan dengan orang-orang yang mengalami gangguan jiwa yang gejalanya adalah kehilangan kontak dengan realitas. Orang-orang seperti itu tidak merasa ada keluhan dengan dirinya meski hilang kesadaran dan tak mampu mengurus dirinya secara layak. Pengertian sehat mental dari orientasi klasik kurang memadai untuk digunakan dalam konteks psikologi. Mengatasi kekurangan itu dikembangkan pengertian baru dari kata ‘sehat’. Sehat atau tidaknya seseorang secara mental belakangan ini lebih ditentukan oleh kemampuan penyesuaian diri terhadap lingkungan. Orang yang memiliki kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungannya dapat digolongkan sehat mental. Sebaliknya orang yang tidak dapat menyesuaikan diri digolongkan sebagai tidak sehat mental.
Kesehatan Mental : terhindarnya individu dari gejala gangguan jiwa(neurosis) dan gejala penyakit jiwa( psikosis), berupa simptom-simptom negatif yang menimbulkan rasa tidak sehat,dan bisa mengganggu efisiensi yang biasanya tidak bisa dikuasai individu.

Kelemahan dari Orientasi ini adalah :
- Simptom-simptom bisa terdapat juga pada individu normal
- Rasa tidak nyaman dan konflik bisa membuat individu berkembang dan memperbaiki diri.
- Sehat atau sakit tidak bisa didasarkan pada ada atau tidaknya keluhan.


B.      Pendekatan Orientasi Penyesuaian Diri

Penyesuaian diri (Menninger,1947) : perubahan dalam diri yang diperlukan untuk mengadakan hubungan yang memuaskan dengan orang lain/lingkungan.
Individu bermasalah : apabila tidak mampu menyesuaikan diri terhadap tuntutan dari luar dirinya, dengan kondisi baru serta dalam mengisi peran yang baru.
Normal dalam Orientasi ini :
a) Normal secara statistik; yaitu apa adanya.
b) Normal secara normatif : individu bertingkah laku sesuai budaya setempat.
Dengan menggunakan orientasi penyesuaian diri, pengertian sehat mental tidak dapat dilepaskan dari konteks lingkungan tempat individu hidup. Oleh karena kaitannya dengan standar norma lingkungan terutama norma sosial dan budaya, kita tidak dapat menentukan sehat atau tidaknya mental seseorang dari kondisi kejiwaannya semata. Ukuran sehat mental didasarkan juga pada hubungan antara individu dengan lingkungannya. Seseorang yang dalam masyarakat tertentu digolongkan tidak sehat atau sakit mental bisa jadi dianggap sangat sehat mental dalam masyarakat lain. Artinya batasan sehat atau sakit mental bukan sesuatu yang absolut. Berkaitan dengan relativitas batasan sehat mental, ada gejala lain yang juga perlu dipertimbangkan. Kita sering melihat seseorang yang menampilkan perilaku yang diterima oleh lingkungan pada satu waktu dan menampilkan perilaku yang bertentangan dengan norma lingkungan di waktu lain. Misalnya ia melakukan agresi yang berakibat kerugian fisik pada orang lain pada saat suasana hatinya tidak enak tetapi sangat dermawan pada saat suasana hatinya sedang enak. Dapat dikatakan bahwa orang itu sehat mental pada waktu tertentu dan tidak sehat mental pada waktu lain. Lalu secara keseluruhan bagaimana kita menilainya? Sehatkah mentalnya? Atau sakit? Orang itu tidak dapat dinilai sebagai sehat mental dan tidak sehat mental sekaligus.
Dengan contoh di atas dapat kita pahami bahwa tidak ada garis yang tegas dan universal yang membedakan orang sehat mental dari orang sakit mental. Oleh karenanya kita tidak dapat begitu saja memberikan cap ‘sehat mental’ atau ‘tidak sehat mental’ pada seseorang. Sehat atau sakit mental bukan dua hal yang secara tegas terpisah. Sehat atau tidak sehat mental berada dalam satu garis dengan derajat yang berbeda. Artinya kita hanya dapat menentukan derajat sehat atau tidaknya seseorang. Dengan kata lain kita hanya bicara soal ‘kesehatan mental’ jika kita berangkat dari pandangan bahwa pada umumnya manusia adalah makhluk sehat mental, atau ‘ketidak-sehatan mental’ jika kita memandang pada umumnya manusia adalah makhluk tidak sehat mental. Berdasarkan orientasi penyesuaian diri, kesehatan mental perlu dipahami sebagai kondisi kepribadian seseorang secara keseluruhan. Penentuan derajat kesehatan mental seseorang bukan hanya berdasarkan jiwanya tetapi juga berkaitan dengan proses pertumbuhan dan perkembangan seseorang dalam lingkungannya.

C. Pendekatan Orientasi Pengembangan Potensi
Kesehatan mental : pengetahuan dan perbuatan yang tujuannya untuk mengembangkan dan memanfaatkan segala potensi dan bakat yang ada semaksimal mungkin sehingga membawa pada kebahagian diri dan orang lain serta terhindar dari gangguan penyakit jiwa . Tokohnya : Allport , Maslow , Roger Fromm


Kriteria mental sehat dalam orientasi ini :
1. Punya pedoman normatif pribadi ( bisa memilih apa yang baik dan menolak yang buruk)
2. Menunjukan otonomi independen , mawas diri dalam mencari nilai-nilai pedoman.
Seseorang dikatakan mencapai taraf kesehatan jiwa, bila ia mendapat  kesempatan untuk mengembangkan potensialitasnya menuju kedewasaan, ia bisa dihargai oleh orang lain dan dirinya sendiri. Dalam psiko-terapi (Perawatan Jiwa) ternyata yang menjadi pengendali utama dalam setiap tindakan dan perbuatan seseorang bukanlah akal pikiran semata-mata, akan tetapi yang lebih penting dan kadang-kadang sangat menentukan adalah perasaan. Telah terbukti bahwa tidak selamanya perasaan tunduk kepada pikiran, bahkan sering terjadi sebaliknya, pikiran tunduk kepada perasaan. Dapat dikatakan bahwa keharmonisan antara pikiran dan perasaanlah yang membuat tindakan seseorang tampak matang dan wajar.
Sehingga dapat dikatakan bahwa tujuan Hygiene mental atau kesehatan mental adalah mencegah timbulnya gangguan mental dan gangguan emosi, mengurangi atau menyembuhkan penyakit jiwa serta memajukan jiwa. Menjaga hubungan sosial akan dapat mewujudkan tercapainya tujuan masyarakat membawa kepada tercapainya tujuan-tujuan perseorangan sekaligus. Kita tidak dapat menganggap bahwa kesehatan mental hanyasekedar usaha untuk mencapai kebahagiaan masyarakat, karena kebahagiaan masyarakat itu tidak akan menimbulkan kebahagiaan dan kemampuan individu secara otomatis, kecuali jika kita masukkan dalam pertimbangan kita, kurang bahagia dan kurang menyentuh aspek individu, dengan sendirinya akan mengurangi kebahagiaan dan kemampuan sosial.


SUMBER :



Tidak ada komentar:

Posting Komentar