Jumat, 10 Januari 2014

Komunikasi dalam Manajemen

Definisi Interpersonal Efektif
Banyak faktor yang mempengaruhi efektvitas komunikasi interpersonal. Komunikasi interpersonal dapat dikatakan efektif apabila pesan diterima dan dimengerti sebagaimana dimaksud oleh pengirim pesan, pesan ditindaklanjuti dengan sebuah pembuatan secara suka rela oleh penerima pesan, dapat meningkatkan kualitas hubungan antarpribadi, dan tidak ada hambatan untuk hal itu Hardjana (2003) dalam Suranto (2011).
Berdasarkan definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa komunikasi interpersonal dikatakan efektif apabila memenuhi tiga persyaratan utama, yaitu pesan yang dapat diterima dan dipahami oleh komunikan sebagaimana dimaksud oleh komunikator, ditindak-lanjuti dengan perbuatan secara sukarela, dan meningkatkan kualitas hubungan antar pribadi.
Pengertian yang sama terhadap makna pesan
Salah satu indikator yang dapat digunakan sebagai ukuran komunikasi dikatakan efektif, adalah apabila makna pesan yang dikirim oleh komunikator sama dengan makna pesan yang diterima oleh komunikan.
Pada tataran empiris, seringkali terjadi mis komunikasi yang disebabkan oleh karena komunikan memahami makna pesan tidak sesuai dengan yang dimaksudkan oleh komunikator.
Melaksanakan pesan secara suka rela
Indikator komunikasi interpersonal yang efektif berikutnya adalah bahwa komunikan  menindak lanjuti pesan tersebut dengan perbuatan dan dilakukan secara suka rela, tidak karena dipaksa. Hal ini mengindikasikan bahwa dalam proses komunikasi interpersonal, komunikator dan komunikan memiliki peluang untuk memperoleh keuntungan. Komunikasi interpersonal yang baik dan berlangsung dalam kedudukan yang setara (tidak superior-inferior) sangat diperlukan agar kedua belah pihak menceritakan dan mengungkapkan isi pikirannya secara suka rela, jujur, tanpa merasa takut. Komunikasi interpersonal yang efektif mampu mempengaruhi emosi pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi itu kedalam suasana yang nyaman, harmonis, dan bukan sebagai suasana yang tertekan. Dengan demikian seberapa baik seseorang melakukan komunikasi dan interaksi antarpersona dengan orang lain, dapat dilihat dari bagaian dia mampu mencapai tujuan komunikasi secara sehat dan adil, bagaimana ia memberdayakan orang lain, dan bagaimana ia mampu menjaga perasaan dan harga diri orang lain.
Meningkatkan kualitas hubungan antarpribadi
Efektivitas dalam komunikasi interpersonal akan mendorong terjadinya hubungan yang positif terhadap rekan, keluarga, dan kolega. Hal ini disebabkan pihak-pihak yang saling berkomunikasi merasakan memperoleh manfaat dari komunikasi itu, sehingga merasa perlu untuk memelihara hubungan antarpribadi. Seringkali orang tidak menyadari pentingnya masalah interaksi antarmanusia, karena sebagian orang beranggapan bahwa yang terpenting adalah modal kekuasaan dan modal material. Kalau dua modal itu berada ditangan, dikiranya segala urusan menjadi lancar dan berpihak kepadanya.
Padahal kecakapan dalam komunikasi interpersonal merupakan aset yang penting dalam hubungan bermasyarakat. Banyak orang yang menjadi sukses karena mereka memiliki hubungan yang sangat baik dengan orang lain. Mereka menanamkan identitas yang positif kepada orang lain sehingga mereka memiliki image yang baik dimata masyarakat. Dengan demikian, mereka memiliki kesempatan lebih untuk mendapatkan kepercayaan dari orang lain dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki kemampuan komunikasi interpersonal yang baik.
Menurut Suranto (2011) Komunikasi interpersonal dianggap efektif, jika komunikan  memahami pesan komunikator dengan benar, dan memberikan respon sesuai dengan yang komunikator inginkan.
·         Komunikasi interpersonal yang efektif berfungsi:
·         Membentuk dan menjaga hubungan baik antar individu
·         Menyampaikan pengetahuan atau informasi
·         Mengubah sikap dan perilaku
·         Pemecahan masalah hubungan antar manusia 
·         Citra diri menjadi lebih baik
·         Jalan menuju sukses.
Dalam semua aktivitas tersebut, esensi komunikasi interpersonal yang berhasil adalah proses saling berbagi (sharing) informasi yang menguntungkan kedua belah pihak.
Keefektifan komunikasi interpersonal dapat juga dijelaskan dari perspektif The 5 Inevitable Laws of Effective Communication (Lima Hukum Komunikasi Efektif) melalui ajimahendra.blogspot.com dalam Suranto (2011:80). Lima hukum tersebut yaitu Respect, Empathy, Audible, Clarity, dan Humble disingkat REACH yang berarti meraih. Hal ini relevan dengan prinsip komunikasi interpersonal, yakni sebagai upaya bagaimana meraih perhatian, pengakuan, cinta kasih, simpati, maupun respon positif dari orang lain.
Respect
Hukum pertama dalam mengembangkan komunikasi interpersonal yang efektif adalah respect, ialah sikap menghargai setiap individu yang menjadi sasaran pesan yang kita sampaikan. Rasa hormat dan saling menghargai merupakan hukum yang pertama dalam kita berkomunikasi dengan orang lain. Ingatlah bahwa pada prinsipnya manusia ingin dihargai dan dianggap penting. Jika kita bahkan harus mengkritik atau memarahi seseorang, lakukan dengan penuh respek terhadap harga diri dan kebanggaan seseorang. Jika kita membangun komunikasi dengan rasa dan sikap saling menghargai dan menghormati, maka kita dapat membangun kerja sama yang menghasilkan sinergi yang akan meningkatkan kualitas hubungan antar manusia.
Empathy
Empathy (empati) adalah kemampuan kita untuk menempatkan diri kita pada situasi atau kondisi yang dihadapi oleh orang lain. Salah satu prasyarat utama dalam memiliki sikap empati adalah kemampuan kita untuk mendengarkan atau mengerti terlebih dahulu sebelum didengarkan atau dimengerti oleh orang lain. Komunikasi empatik dilakukan dengan memahami dan mendengar orang lain terlebih dahulu, kita dapat membangun keterbukaan dan kepercayaan yang kita perlukan dalam membangun kerjasama atau sinergi dengan orang lain. Rasa empati akan meningkatkan kemampuan kita untuk dapat menyampaikan pesan dengan cara dan sikap yang akan memudahkan penerima atau komunikan menerimanya.
Oleh karena itu memahami perilaku komunikan merupakan keharusan. Dengan memahami perilaku komunikan, maka kita dapat empati dengan apa yang menjadi kebutuhan, keinginan, minat, harapan, dan kesenangan dari komunikan. Jadi sebelum kita membangun komunikasi atau mengirimkan pesan, kita perlu mengerti dan memahami dengan empati calon penerima pesan kita. Sehingga nantinya pesan kita akan dapat tersampaikan tanpa ada halangan psikologis atau penolakan dari penerima.
Audible
Makna dari audible antara lain : dapat didengarkan atau dimengerti dengan baik. Jika empati berarti kita harus mendengar terlebih dahulu ataupun mampu menerima umpan balik dengan baik, maka audible berarti pesan yang kita sampaikan dapat diterima oleh penerima pesan.
Clarity
Selain bahwa pesan harus dapat dimengerti dengan baik, maka hukum keempat yang terkait dengan itu adalah kejelasan dari pesan itu sendiri sehingga tidak menimbulkan multi interpretasi atau berbagai penafsiran yang berlainan. Clarity dapat pula berarti keterbukaan dan transparansi. Dalam berkomunikasi interpersonal kita perlu mengembangkan sikap terbuka (tidak ada yang ditutup-tutupi atau disembunyikan), sehingga dapat menimbulkan rasa percaya (trust) dari penerima pesan.
Humble
Hukum kelima dalam membangun komunikasi interpersonal yang efektif adalah sikap rendah hati. Sikap ini merupakan unsur yang terkait dengan hukum pertama untuk membangun rasa menghargai orang lain, biasanya didasari oleh sikap rendh hati yang kita miliki. Sikap rendah hati pada intinya antara lain : sikap melayani, sikap menghargai, mau mendengar, dan menerima kritik, tidak sombong, dan memandang rendah orang lain, berani mengakui keslalahan, rela memaafkan, lemah lembut, dan penuh pengendalian diri, serta mengutamakan kepentingan yang lebih besar.
Jika komunikasi yang kita bangun didasarkan pada lima hukum pokok komunikasi yang efektif ini, maka kita dapat menjadi seorang komunikator yang handal, dapat menyampaikan pesan dengan cara yang sesuai dengan keadaan komunikan. Komunikasi interpersonal yang tidak mempertimbangkan keadaan komunikan, akan menghasilkan komunikasi yang arogan, satu arah, dan seringkali menjengkelkan orang lain.
Menurut Devito (2011), mengemukakan lima sikap positif yang perlu dipertimbangkan ketika seseorang merencanakan komunikasi interpersonal. Lima sikap positif tersebut, meliputi:
Keterbukaan (openness)
Keterbukaan ialah sikap dapat menerima masukan dari orang lain, serta berkenan menyampaikan informasi penting kepada orang lain. Hal ini tidaklah berarti bahwa orang harus dengan segera membukakan semua riwayat hidupnya, tetapi rela membuka diri ketika orang lain menginginkan informasi yang diketahuinya. Dengan kata lain, keterbukaan ialah kesediaan untuk membuka diri mengungkapkan informasi yang biasanya disembunyikan, asalkan pengungkapan informasi ini tidak bertentangan dengan asas kepatutan. Sikap keterbukaan ditandai dengan adanya kejujuran dalam merespon segala stimuli komunikasi. Tidak berkata bohong, dan tidak menyembunyikan informasi yang sebenarnya. Dalam proses komunikasi interpersonal, keterbukaan menjadi salah satu sikap yang positif. Hal ini disebabkan, dengan keterbukaan, maka komunikasi interpersonal akan berlangsung secara adil, transparan, dua arah, dan dapat diterima oleh semua pihak yang berkomunikasi.
Empati (empathy)
Empati ialah kemampuan seseorang untuk merasakan kalau seandainya menjadi orang lain, dapat memahami sesuatu yang sedang dialami orang lain, dapat merasakan apa yang dirasakan orang lain, dan dapat memahami sesuatu persoalan dari sudut pandang orang lain, melalui kacamata orang lain.
Orang yang berempati mampu memahami motivasi dan pengalaman orang lain, perasaan dan sikap mereka, serta harapan dan keinginan  mereka. Ambil contoh...
Dengan demikian empati akan menjadi filter agar kita tidak mudah menyalahkan orang lain. Namun kita biasakan untuk dapat memahami esensi setiap keadaan tidak semata-mata berdasarkan cara pandang kita sendiri, melainkan juga menggunakan sudut pandang orang lain. Hakikat empati adalah:
Usaha masing-masing pihak untuk merasakan apa yang dirasakan orang lain;
Dapat memahami pendapat, sikap dan perilaku orang lain.
Sikap mendukung (supportiveness)
Hubungan interpersonal yang efektif adalah hubungan dimana terdapat sikap mendukung (supportiveness). Artinya masing-masing pihak yang berkomunikasi memiliki komitmen untuk mendukung terselenggaranya interaksi secara terbuka. Oleh karena itu respon yang relevan adalah respon yang bersifat spontan dan lugas, bukan respon yang bertahan dan berkelit. Pemaparan gagasan bersifat deskriptif naratif, bukan bersifat evaluatif. Sedangkan pola pengambilan keputusan bersifat akomodatif, bukan intervensi yang disebabkan rasa percaya diri yang berlebihan.
Sikap positif (positiveness)
Sikap positif (positiveness) ditunjukkan dalam bentuk sikap dan perilaku. Dalam bentuk sikap, maksudnya adalah bahwa pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi interpersonal harus memiliki perasaan dan pikiran positif, bukan prasangka dan curiga. Dalam bentuk perilaku, artinya bahwa tindakan yang dipilih adalah yang relevan dengan tujuan komunikasi interpersonal, yaitu secara nyata melakukan aktivitas untuk terjalinnya kerjasama. Misalnya secara nyata membantu partner komunikasi untuk memahami pesan komunikasi, yaitu kita memberikan penjelasan yang memadai sesuai dengan karakteristik mereka.
Sikap positif dapat ditunjukkan dengan berbagai macam perilaku dan sikap, antara lain:
·         Menghargai orang lain
·         Berpikiran positif terhadap orang lain
·         Tidak menaruh curiga  secara berlebihan
·         Meyakini pentingnya orang laine.
·         Memberikan pujian dan penghargaan
·         Komitmen menjalin kerjasama
Kesetaraan (equality)
Kesetaraan (equality) ialah pengakuan bahwa kedua belah pihak memiliki kepentingan, kedua belah pihak sama-sama bernilai dan berharga, dan saling memerlukan. Memang secara alamiah ketika dua orang berkomunikasi secara interpersonal, tidak pernah tercapai suatu situasi yang menunjukkan kesetraan atau kesamaan secara utuh diantara keduanya. Pastilah yang satu lebih kaya, lebih pintar, lebih muda, lebih berpengalaman, dan sebagainya. Namun kesetaraan yang dimaksud disini adalah berupa pengakuan atau kesadaran, serta kerelaan untuk menempatkan diri setara (tidak ada yang superior atau inferior) dengan partner komunikasi.
Dengan demikian dapat dikemukakan indikator kesetaraan, meliputi:
·         Menempatkan diri setara dengan orang lain
·         Menyadari akan adanya kepentingan yang berbeda
·         Mengakui pentingnya kehadiran orag lain
·         Tidak memaksakan kehendak
·         Komunikasi dua arah
·         Saling memerlukan
·         Suasana komunikasi: akrab dan nyaman

Sumber :
Amir ,M.Taufiq.Belajar Manajemen dari Konteks Dunia Nyata.Jakarta:Graha Ilmu.
Cangara, Hafidz,2005, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta:PT RajaGrafindo Persada
Leavitt,Harold. J,Zarkasi,Dra.Muslichah(penerjemah).1978.Psikologi Manajemen.Jakarta:Erlangga.

Mukhyi,Muammad Abdul & Saputro , Imam Hadi.1995.Pengantar Manajemen Umum.Jakarta:Gunadarma.

Komunikasi Dalam Manajemen

Definisi Komunikasi
Komunikasi diartikan sebagai proses pemindahan dalam gagasan atau informasi seseorang ke orang lain. Komunikasi mempunyai pengertian tidak hanya berupa kata –kata yang disampaikan seseorang tapi mempunyai pengertian yang lebih luas seperti ekspresi wajah , intonasi dan sebagainya. Komunikasi dapat menghubungkan antara bagian yang berbeda atau disebut rantai pertukaran informasi. Hal ini mengandung unsur-unsur ;
1.      Sesbagai kegiatan untuk seseorang mengerti
2.      Sebagai sarana pengendalian informasi
3.      Sebagai sistem bagi terjalinnya komunikasi diantara individu-individu
Komunikasi yang efektif adalah penting bagi manajer karena sebagai proses dimana fungsi manajemen seperti fungsi peremcanaan , fungsi pengorganisasian , fungsi kepemimpinan dan fungsi pengendalian sebagian besar dari waktunya. Proses komunikasi memungkinkan para manajer menjalankan tanggung jawabnya dan informasi harus dikomunikasikan kepada manajer sebagai dasar pembuatan keputusan dalam pembuatan fungsi-fungsi manajemen baik secara tertulis maupun lisan.
Komunikasi secara terminologis merujuk pada adanya proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Jadi dalam pengertian ini yang terlibat dalam komunikasi adalah manusia. Karena itu merujuk pada pengertian Ruben dan Steward(1998:16) mengenai komunikasi manusia yaitu: Human communication is the process through which individuals –in relationships, group, organizations and societies—respond to and create messages to adapt to the environment and one another. Bahwa komunikasi manusia adalah proses yang melibatkan individu-individu dalam suatu hubungan, kelompok, organisasi dan masyarakat yang merespon dan menciptakan pesan untuk beradaptasi dengan lingkungan satu sama lain.
Komunikasi adalah alat yang utama untuk mempengaruhi perubahan perilaku. Kita dapat memisah-misahkan paling tidak empat dimensi yang bebas dari proses komunikasi ; isi , suara , ciri-ciri jaringan dan arah. Komunikasi satu arah mempunyai beberapa keuntungan dalam kecepatannya yang melebihi komunikasi dua arah. Komunikasi satu arah juga mempunyai keuntungan-keuntungan lain yaitu melindungi si pengirim dari pengenalan terhadap kesalahan-kesalahan sendiri dan juga melindunginya dari beberapa masalah yang semakin kompleks di dalam memimpin. Komunikasi dua arah mempunyai keuntungan-keuntungan karena lebih teliti dan lebih banyak meyakinkan perasaan si penerima. Tetapi komunikasi dua arah juga lebih memerlukan perencanaan dari si pengirim tentang hal-hal yang menyangkut pesanan yang ingin disampaikan dan menimbulkan serangkaian masalah yang baru dalam kepemimpinan.

Menurut Koontz & Weichrich , kita memerlukan komunikasi untuk :
·         Menyatakan dan menyebarkan tujuan perusahaan
·         Mengembangkan perencanaan agar tujuan tercapai
·         Menata sumber daya manusia dan berbagai sumber daya lainnya dengan cara yang paling efektif dan efisien
·         Untuk memilih , mengembangkan dan menilai anggota organisasi
·         Untuk memimpin , mengarahkan dan menciptakan sebuah iklim dimana karyawan ingin berkontribusi
·         Mengawasi dan menjaga kinerja yang ada


Proses Komunikasi
A.    Komunikasi Antar pribadi
Model paling sederhana adalah model komunikasi antar pribadi
Pengirim à Berita à Penerima
Dari bagian diatas bahwa model ini menunjukan tiga elemen penting dimana jika salah satu hilang tidak akan terjadi komunikasi. Model yang paling canggih dalam komunikasi adalah model proses komunikasi dimana langkah-langkahnya sebagai berikut

Pengirim à Pengkodean  à Pesan à Saluran à Pesan à Penafsiran kode à penerima 
     

             Penafsiran kode           ß Pesan           ß Saluran        ß Pesan             ÃŸ Pengkodean

B.     Komunikasi Dalam Organisasi
Raymond V.Lesikar berpendapat bahwa yang mempengaruhi efektifitas komunikasi ada 4 faktor , yaitu :
·         Jalur komunikasi formal
Efektifitas komunikasi akan efektif melalui 2 cara , a. Jalur formal dimana jarak yang semakin meluas dan berkembang serta tumbuhnya organisasi     b. Jalur formal komunikasi menghambat arus yang besar dari informasi diantara tingkat-tingkat organisasi.
·         Struktur wewenang
Dalam organisasi dimana perbedaan statis dan kekuasaan akan mempengaruhi isi dan ketetapan komunikasi .
·         Spesialisasi Jabatan
Anggota organisasi yang sama akan menggunakan istilah-istilah , tujuan , tugas , waktu dan gaya yang sama dalam berkomunikasi.
·         Pemilikan informasi
Berarti individu-individu mempunyai informasi dan pengetahuan yang khas mengenai tugasnya. Informasi ini memiliki bentuk kekuatan bagi orang yang memilikinya , ini adalah bentuk komunikasi yang efektif.

Hambatan Komunikasi
A.    Hambatan Organisasional
1.      Tingkatan hirarki
Bila organisasi tumbuh dan berkembang akan menimbulkan berbagai masalah komunikasi , karena menambah tingkatan memakan waktu yang panjang dan ketepatannya semakin berkurang. Dimana setiap tingkatan bisa menambah / mengurangi , serta merubah berita dengan aslinya
2.      Wewenang manajerial
Bahwa mengendalikan orang lain juga menimbulkan hambatan terhadap komunikasi. Atasan banyak merasa bahwa mereka tidak dapat sepenuhnya menerima berbagai masalah , kondisi yang membuat tampak lemah. Sedang bawahan menghindari situasi untuk mengungkapkan informasi yang membuat posisinya tidak menguntungkan
3.      Spesialisasi
Perbedaan fungsi , kepentingan dan istilah-istilah lainnya membuat orang merasa ada dalam dunia yang berbeda , yang akhirnya menghalangi masyarakat , sulit memahami dan mendorong terjadinya kesalahan-kesalahan.

B.     Hambatan antar pribadi
Kesalahan dalam komunikasi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor ketidaksempurnaan manusia dan bahasa. Maka perlu memperhatikan :
·         Persepsi selektif
·         Kedudukan komunikator
·         Keadaan membela diri
·         Pendengaran lemah
·         Ketidaktepatan penggunaan bahasa

Sumber :
Amir ,M.Taufiq.Belajar Manajemen dari Konteks Dunia Nyata.Jakarta:Graha Ilmu.
Cangara, Hafidz,2005, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta:PT RajaGrafindo Persada
Leavitt,Harold. J,Zarkasi,Dra.Muslichah(penerjemah).1978.Psikologi Manajemen.Jakarta:Erlangga.
Mukhyi,Muammad Abdul & Saputro , Imam Hadi.1995.Pengantar Manajemen Umum.Jakarta:Gunadarma.

Empowerment

Definisi Konflik
Konflik dalam organisasi merupakan perbedaan pendapat antara dua atau lebih anggota organisasi atau kelompok , karena harus membagi sumber daya yang langka , atau aktivitas kerja dan atau karena mereka mempunyai status , tujuan , penilaian atau pandangan yang berbeda. Perbedaan antara konflik dengan persaiangan terletak pada apakah salah satu pihak dapat mencegah pihak lain dalam pencapaian tujuannya. Kompetisi terjadi , apabila tujuan kedua belah pihak tidak sesuai , akan tetapi kedua belah pihak tidak dapat saling mengganggu. Sedangkan kerja sama terjadi bila dua / lebih pihak yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Ada kemungkinan konflik dan kerjasama berdampingan , lawan kerjasama ialah bukan konflik , tetapi tidak ada kerjasama. Konflik bisa diartikan sebagai oposisi interaksi berupa antagonisme (pertentangan), benturan paham , perselisihan , kurang mufakat , pergeseran , perkelahian , benturan sejata dan perang.
Perkembangan kepribadian , memungkinkan kebutuhan-kebutuhan yang saling berlawanan hidup saling berdampingan secara damai. Situasi konflik adalah situasi yang memerlukan keputusan antara kebuthan-kebutuhan yang saling berlawanan yang hidup berdampingan secara damai. Bila konflik melibatkan kebutuhan-kebutuhan yang kritis dan nampak tidak memperoleh jalan keluar , maka reaksi-reaksinya mungkin parah. Fantasi , angan-angan dan gangguan lupa adalah jalan keluar dari konflik. Konflik yang membutuhkan pemecahan yang ekstrim biasanya melibatkan kebutuhan-kebutuhan , yang berpusat pada moralitas dan kepantasan sosial. Konflik kronis yang serius mungkin berkembanga didalam organisasi industri. Konflik antara kebutuhan untuk tergantung dan kebutuhan untuk merdeka adalah lazim terutama karena lingkungan industri menekankan ketergantungan tetapi menghargai kemerdekaan.



Jenis-Jenis Konflik
Ada lima jenis konflik dalam kehidupan organisasi:
1.      Konflik didalam individu
Konflik ini timbul apabila individu merasa bimbang terhadap pekerjaan mana yang harus dilakukannya, bila berbagai permintaan pekerjaan saling bertentangan atau bila individu diharapkan untuk melakukan lebih dari kemampuannya.
2.      Konflik antarindividu dalam organisasi yang sama
Konflik ini timbul akibat tekanan yang berhubungan dengan kedudukan atau perbedaan-perbedaan kepribadian
3.      Konflik antara individu dan kelompok
Konflik ini berhubungan dengan cara individu menaggapi tekanan untuk keseragaman yang dipaksakan oleh kelompok kerja mereka.
4.      Konflik antar kelompok dalam organisasi yang sama
Adanya pertentangan kepentingan antar kelompok
5.      Konflik antar organisasi
Akibat adanya bentuk persaingan ekonomi dalam sistim perekonomian suatu negara. Konflik semacam ini diakui sebagai sarana untuk mengembangkan produk baru , teknologi , jasa-jasa , harga yang lebih rendah dan pemanfaatan sumberdaya yang tersedia secara lebih efisien.

Proses Konflik
Bagi kebanyakan orang istilah konflik organisasi mempunyai konotasi negatif . Organisasi yang efektif biasanya dianggap sebagai sekelompok individu teerkoordinasi yang bekerja untuk mencapai tujuan bersama. Dalam pandangan ini , konflik hanya merintangi koordinasi dan kerjasama tim dibutuhkan untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi. Namun ada pandangan yang lain tentang konflik. Pandangan yang satu ini beragrumentasi bahwa konflik meningkatkan keefektifan organisasi dengan merangsang perubahan dan memperbaiki proses pengambilan keputusan. Konflik dapat terjadi karena saling ketergantungan pekerjaan , ketergantungan pekejaan satu arah , formalisasi yang rendah , perbedaan keriteria evaluasi dan sistem imbalan , ketergantungan para sumber bersama yang langka , ketidaksesuaian status , ketidakpuasan peran , keanekaragaman anggota , distorsi komunikasi dan sebagainya.

Sumber :
Amir ,M.Taufiq.Belajar Manajemen dari Konteks Dunia Nyata.Jakarta:Graha Ilmu.
Dr. Kartini Kartono.1994.Psikologi Sosial Untuk Manajemen,Perusahaan dan Industri.Jakarta:PT.Raja Grafindo.
Leavitt,Harold. J,Zarkasi,Dra.Muslichah(penerjemah).1978.Psikologi Manajemen.Jakarta:Erlangga.
Mukhyi,Muammad Abdul & Saputro , Imam Hadi.1995.Pengantar Manajemen Umum.Jakarta:Gunadarma.

Empowerment , Stress dan Konflik

Definisi Empowerment
Shardlow (1998), pemberdayaan pada intinya membahas bagaimana individu, kelompok ataupun komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa depan sesuai dengan keinginan mereka.
Empowerment adalah sebuah konsep pembangunan ekonomi dan politik yang merangkum berbagai nilai sosial. Konsep ini mencerminkan paradigma baru pembangunan yang bersifat “people centered, participatory, empowering, and sustainable” (Chambers, 1988).
Menurut Chamber (Edi Suharto, 2005), pemberdayaan sebagai paradigma baru pembangunan, yakni yang bersifat “peoplecentered, participatory, empowering, and
sustainable”. Konsep ini lebih luas dari hanya semata-mata memenuhi kebutuhan dasar (basic needs) atau menyediakan mekanisme untuk mencegah proses pemiskinan lebih lanjut (safety net), tetapi juga keberlanjutan pembangunan dalam masyarakat.
Tujuan Pemberdayaan
• Bidang ekonomi_ agar kelompok sasaran dapat mengelola usahanya, kemudian memasarkan, dan membentuk siklus pemasaran yang relatif stabil.
• Bidang pendidikan_ agar kelompok sasaran dapat menggali berbagai potensi yang ada dalam dirinya, dan memanfaatkan potensi yang dimiliki untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi.
• Bidang sosial_ agar kelompok sasaran dapat menjalankan fungsi sosialnya kembali sesuai dengan peran dan tugas sosialnya.
Kunci Efektif Empowerment
Konsep pemberdayaan (empowerment), menurut Friedmann muncul karena adanya dua primise mayor, yaitu “kegagalan” dan “harapan”. Kegagalan yang dimaksud adalah gagalnya model pembangunan ekonomi dalam menanggulangi masalah kemiskinan dan lingkungan yang berkelanjutan, sedangkan harapan muncul karena adanya alternatif-alternatif pembangunan yang memasukkan nilai-nilai demokrasi, persamaan gender, peran antara generasi dan pertumbuhan ekonomi yang memadai. Dengan dasar pandangan demikian, maka pemberdayaan masyarakat erat kaitannya dengan peningkatan partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan keputusan pada masyarakat, sehingga pemberdayaan masyarakat amat erat kaitannya dengan pemantapan, pembudayaan dan pengamalan demokrasi.
Definisi Stress
Stress adalah bentuk ketegangan dari fisik, psikis, emosi maupun mental. Bentuk ketegangan ini mempengaruhi kinerja keseharian seseorang. Bahkan stress dapat membuat produktivitas menurun, rasa sakit dan gangguan-gangguan mental. Pada dasarnya, stress adalah sebuah bentuk ketegangan, baik fisik maupun mental. Sumber stress disebut dengan stressor dan ketegangan yang di akibatkan karena stress, disebut strain.
Menurut Robbins (2001) stress juga dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang menekan keadaan psikis seseorang dalam mencapai suatu kesempatan dimana untuk mencapai kesempatan tersebut terdapat batasan atau penghalang. Sepanjang hidupnya manusia selalu menghadapi masalah dan kesulitan . Maka kegiatan memecahkan kesulitan itu merupakan aktivitas menusiawi yang selalu diulang-ulang sepanjang hayat. Sebab hidup ini penuh dengan masalah dan kesulitan, bahkan hidup itu sendiri adalah suatu masalah pelik yang harus dipecahkan sendiri oleh setiap individu . Jika seseorang ingin sekali memecahkan satu kesulitan hidup dan mencapai satu tujuan , namun pelaksanaannya terhalang-halangi , maka dikatakan bahwa dia mengalami frustasi.
Frustasi menurut C.P. Chaplin 1975 :
1.      Rintangan atau penggagalan tingkah laku untuk mencapai sasaran
2.      Satu keadaan ketegangan yang tidak mengenakkan/menyenangkan , dipenuhi kecemasan dan aktivitas simpatetis yang semakin meninggi disebabkan oleh perintangan dan penghambatan.
Frustasi adalah suatu perasaan yang timbul apabila seseorang menjumpai jenis-jenis rintangan yang tertentu pada jalan menuju ke jenis-jenis tujuan yang tertentu. Perasaan-perasaan ini timbul apabila rintangan itu nampak tidak bisa diatasi dan bila kegagalan untuk mengatasinya mengancam kesehatan pribadi seseorang.

Sumber Stress
Menurut Robins, sumber stres yang potensial adalah sebagi berikut :
1. Faktor lingkungan, meliputi :
·         Ketidakpastian ekonomi
·         Ketidakpastian politik
·         cKetidakpastian teknologi
2. Faktor organisasi, meliputi :
·         Tuntutan tugas
·         Tuntutan peran
·         Tuntutan antar pribadi
·         Struktur organisasi
·         Kepemimpinan organisasi
·         Tahapan hidup organisasi
3. Faktor individual, meliputi :
·         Masalah keluarga
·         Masalah ekonomi
·         Kepribadian
Menurut Grant Brecht (2000), penyebab dari stress dibedakan menjadi dua macam:
• Penyebab makro, yaitu menyangkut peristiwa besar dalam kehidupan,seperti kematian, perceraian, pension, luka batin, dan kebangkrutan.
• Penyebab mikro, yaitu menyangkut peristiwa kecil sehari-hari, seperti pertengkaran rumah tangga, beban pekerjaan, masalah apa yang akandimakan, dan antri
Pendekatan Stress
Menurut Robbins, ada dua pendekatan dalam mengatasi stres, yaitu:
1. Pendekatan individual
Seorang karyawan dapat memikul tanggung jawab pribadi untuk mengurangi tingkat stresnya. Strategi individu yang telah terbukti efektif adalah:
- Teknik manajemen waktu
- Meningkatkan latihan fisik
- Pelatihan pengenduran (relaksasi)
- Perluasan jaringan dukungan sosial
2. Pendekatan Organisasional
Beberapa faktor yang menyebabkan stress terutama tuntutan tugas dan peran, struktur organisasi dikendalikan oleh manajemen. Strategi yang digunakan:
- Perbaikan seleksi personil dan penempatan kerja
- Penggunaan penetapan tujuan yang realistis
- Perancangan ulang pekerjaan
- Peningkatan keterlibatan kerja
- Perbaikan komunikasi organisasi
- Penegakkan program kesejahteraan korporasi

Sumber :
Dr. Kartini Kartono.1994.Psikologi Sosial Untuk Manajemen,Perusahaan dan Industri.Jakarta:PT.Raja Grafindo.
Leavitt,Harold. J,Zarkasi,Dra.Muslichah(penerjemah).1978.Psikologi Manajemen.Jakarta:Erlangga.
Shardlow, Steven. (1998). Values, Ethics and Social Work. Di dalam : Robert Adams, Lena Dominelle, Malcolm Payne, editor. Social Work : Themes, Issues and Critical Debates. London : Mac Millan Press Ltd.
Smet,Bart.1994.Psikologi kesehatan.Jakarta:Gramedia.
Suharto, Edi, (2005). Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat: Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial, Bandung: Refika Aditama.
www.elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/…/bab7-stres_lingkungan.pdf