Definisi
Interpersonal Efektif
Banyak
faktor yang mempengaruhi efektvitas komunikasi interpersonal. Komunikasi
interpersonal dapat dikatakan efektif apabila pesan diterima dan dimengerti
sebagaimana dimaksud oleh pengirim pesan, pesan ditindaklanjuti dengan sebuah
pembuatan secara suka rela oleh penerima pesan, dapat meningkatkan kualitas
hubungan antarpribadi, dan tidak ada hambatan untuk hal itu Hardjana (2003)
dalam Suranto (2011).
Berdasarkan
definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa komunikasi interpersonal dikatakan
efektif apabila memenuhi tiga persyaratan utama, yaitu pesan yang dapat
diterima dan dipahami oleh komunikan sebagaimana dimaksud oleh komunikator,
ditindak-lanjuti dengan perbuatan secara sukarela, dan meningkatkan kualitas
hubungan antar pribadi.
Pengertian
yang sama terhadap makna pesan
Salah
satu indikator yang dapat digunakan sebagai ukuran komunikasi dikatakan
efektif, adalah apabila makna pesan yang dikirim oleh komunikator sama dengan
makna pesan yang diterima oleh komunikan.
Pada
tataran empiris, seringkali terjadi mis komunikasi yang disebabkan oleh karena
komunikan memahami makna pesan tidak sesuai dengan yang dimaksudkan oleh
komunikator.
Melaksanakan
pesan secara suka rela
Indikator
komunikasi interpersonal yang efektif berikutnya adalah bahwa komunikan menindak lanjuti pesan tersebut dengan
perbuatan dan dilakukan secara suka rela, tidak karena dipaksa. Hal ini
mengindikasikan bahwa dalam proses komunikasi interpersonal, komunikator dan
komunikan memiliki peluang untuk memperoleh keuntungan. Komunikasi interpersonal
yang baik dan berlangsung dalam kedudukan yang setara (tidak superior-inferior)
sangat diperlukan agar kedua belah pihak menceritakan dan mengungkapkan isi
pikirannya secara suka rela, jujur, tanpa merasa takut. Komunikasi
interpersonal yang efektif mampu mempengaruhi emosi pihak-pihak yang terlibat
dalam komunikasi itu kedalam suasana yang nyaman, harmonis, dan bukan sebagai
suasana yang tertekan. Dengan demikian seberapa baik seseorang melakukan
komunikasi dan interaksi antarpersona dengan orang lain, dapat dilihat dari
bagaian dia mampu mencapai tujuan komunikasi secara sehat dan adil, bagaimana
ia memberdayakan orang lain, dan bagaimana ia mampu menjaga perasaan dan harga
diri orang lain.
Meningkatkan
kualitas hubungan antarpribadi
Efektivitas
dalam komunikasi interpersonal akan mendorong terjadinya hubungan yang positif
terhadap rekan, keluarga, dan kolega. Hal ini disebabkan pihak-pihak yang
saling berkomunikasi merasakan memperoleh manfaat dari komunikasi itu, sehingga
merasa perlu untuk memelihara hubungan antarpribadi. Seringkali orang tidak
menyadari pentingnya masalah interaksi antarmanusia, karena sebagian orang
beranggapan bahwa yang terpenting adalah modal kekuasaan dan modal material.
Kalau dua modal itu berada ditangan, dikiranya segala urusan menjadi lancar dan
berpihak kepadanya.
Padahal
kecakapan dalam komunikasi interpersonal merupakan aset yang penting dalam
hubungan bermasyarakat. Banyak orang yang menjadi sukses karena mereka memiliki
hubungan yang sangat baik dengan orang lain. Mereka menanamkan identitas yang
positif kepada orang lain sehingga mereka memiliki image yang baik dimata
masyarakat. Dengan demikian, mereka memiliki kesempatan lebih untuk mendapatkan
kepercayaan dari orang lain dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki
kemampuan komunikasi interpersonal yang baik.
Menurut
Suranto (2011) Komunikasi interpersonal dianggap efektif, jika komunikan memahami pesan komunikator dengan benar, dan
memberikan respon sesuai dengan yang komunikator inginkan.
·
Komunikasi interpersonal yang efektif berfungsi:
·
Membentuk dan menjaga hubungan baik antar
individu
·
Menyampaikan pengetahuan atau informasi
·
Mengubah sikap dan perilaku
·
Pemecahan masalah hubungan antar manusia
·
Citra diri menjadi lebih baik
·
Jalan menuju sukses.
Dalam
semua aktivitas tersebut, esensi komunikasi interpersonal yang berhasil adalah
proses saling berbagi (sharing) informasi yang menguntungkan kedua belah pihak.
Keefektifan
komunikasi interpersonal dapat juga dijelaskan dari perspektif The 5 Inevitable
Laws of Effective Communication (Lima Hukum Komunikasi Efektif) melalui
ajimahendra.blogspot.com dalam Suranto (2011:80). Lima hukum tersebut yaitu
Respect, Empathy, Audible, Clarity, dan Humble disingkat REACH yang berarti
meraih. Hal ini relevan dengan prinsip komunikasi interpersonal, yakni sebagai
upaya bagaimana meraih perhatian, pengakuan, cinta kasih, simpati, maupun
respon positif dari orang lain.
Respect
Hukum
pertama dalam mengembangkan komunikasi interpersonal yang efektif adalah
respect, ialah sikap menghargai setiap individu yang menjadi sasaran pesan yang
kita sampaikan. Rasa hormat dan saling menghargai merupakan hukum yang pertama
dalam kita berkomunikasi dengan orang lain. Ingatlah bahwa pada prinsipnya
manusia ingin dihargai dan dianggap penting. Jika kita bahkan harus mengkritik
atau memarahi seseorang, lakukan dengan penuh respek terhadap harga diri dan
kebanggaan seseorang. Jika kita membangun komunikasi dengan rasa dan sikap
saling menghargai dan menghormati, maka kita dapat membangun kerja sama yang
menghasilkan sinergi yang akan meningkatkan kualitas hubungan antar manusia.
Empathy
Empathy
(empati) adalah kemampuan kita untuk menempatkan diri kita pada situasi atau
kondisi yang dihadapi oleh orang lain. Salah satu prasyarat utama dalam
memiliki sikap empati adalah kemampuan kita untuk mendengarkan atau mengerti
terlebih dahulu sebelum didengarkan atau dimengerti oleh orang lain. Komunikasi
empatik dilakukan dengan memahami dan mendengar orang lain terlebih dahulu,
kita dapat membangun keterbukaan dan kepercayaan yang kita perlukan dalam
membangun kerjasama atau sinergi dengan orang lain. Rasa empati akan
meningkatkan kemampuan kita untuk dapat menyampaikan pesan dengan cara dan
sikap yang akan memudahkan penerima atau komunikan menerimanya.
Oleh
karena itu memahami perilaku komunikan merupakan keharusan. Dengan memahami
perilaku komunikan, maka kita dapat empati dengan apa yang menjadi kebutuhan,
keinginan, minat, harapan, dan kesenangan dari komunikan. Jadi sebelum kita
membangun komunikasi atau mengirimkan pesan, kita perlu mengerti dan memahami
dengan empati calon penerima pesan kita. Sehingga nantinya pesan kita akan
dapat tersampaikan tanpa ada halangan psikologis atau penolakan dari penerima.
Audible
Makna
dari audible antara lain : dapat didengarkan atau dimengerti dengan baik. Jika
empati berarti kita harus mendengar terlebih dahulu ataupun mampu menerima
umpan balik dengan baik, maka audible berarti pesan yang kita sampaikan dapat
diterima oleh penerima pesan.
Clarity
Selain
bahwa pesan harus dapat dimengerti dengan baik, maka hukum keempat yang terkait
dengan itu adalah kejelasan dari pesan itu sendiri sehingga tidak menimbulkan
multi interpretasi atau berbagai penafsiran yang berlainan. Clarity dapat pula
berarti keterbukaan dan transparansi. Dalam berkomunikasi interpersonal kita
perlu mengembangkan sikap terbuka (tidak ada yang ditutup-tutupi atau
disembunyikan), sehingga dapat menimbulkan rasa percaya (trust) dari penerima
pesan.
Humble
Hukum
kelima dalam membangun komunikasi interpersonal yang efektif adalah sikap
rendah hati. Sikap ini merupakan unsur yang terkait dengan hukum pertama untuk
membangun rasa menghargai orang lain, biasanya didasari oleh sikap rendh hati
yang kita miliki. Sikap rendah hati pada intinya antara lain : sikap melayani,
sikap menghargai, mau mendengar, dan menerima kritik, tidak sombong, dan memandang
rendah orang lain, berani mengakui keslalahan, rela memaafkan, lemah lembut,
dan penuh pengendalian diri, serta mengutamakan kepentingan yang lebih besar.
Jika
komunikasi yang kita bangun didasarkan pada lima hukum pokok komunikasi yang
efektif ini, maka kita dapat menjadi seorang komunikator yang handal, dapat
menyampaikan pesan dengan cara yang sesuai dengan keadaan komunikan. Komunikasi
interpersonal yang tidak mempertimbangkan keadaan komunikan, akan menghasilkan
komunikasi yang arogan, satu arah, dan seringkali menjengkelkan orang lain.
Menurut
Devito (2011), mengemukakan lima sikap positif yang perlu dipertimbangkan
ketika seseorang merencanakan komunikasi interpersonal. Lima sikap positif
tersebut, meliputi:
Keterbukaan
(openness)
Keterbukaan
ialah sikap dapat menerima masukan dari orang lain, serta berkenan menyampaikan
informasi penting kepada orang lain. Hal ini tidaklah berarti bahwa orang harus
dengan segera membukakan semua riwayat hidupnya, tetapi rela membuka diri
ketika orang lain menginginkan informasi yang diketahuinya. Dengan kata lain,
keterbukaan ialah kesediaan untuk membuka diri mengungkapkan informasi yang
biasanya disembunyikan, asalkan pengungkapan informasi ini tidak bertentangan
dengan asas kepatutan. Sikap keterbukaan ditandai dengan adanya kejujuran dalam
merespon segala stimuli komunikasi. Tidak berkata bohong, dan tidak
menyembunyikan informasi yang sebenarnya. Dalam proses komunikasi
interpersonal, keterbukaan menjadi salah satu sikap yang positif. Hal ini
disebabkan, dengan keterbukaan, maka komunikasi interpersonal akan berlangsung
secara adil, transparan, dua arah, dan dapat diterima oleh semua pihak yang
berkomunikasi.
Empati
(empathy)
Empati
ialah kemampuan seseorang untuk merasakan kalau seandainya menjadi orang lain,
dapat memahami sesuatu yang sedang dialami orang lain, dapat merasakan apa yang
dirasakan orang lain, dan dapat memahami sesuatu persoalan dari sudut pandang
orang lain, melalui kacamata orang lain.
Orang
yang berempati mampu memahami motivasi dan pengalaman orang lain, perasaan dan
sikap mereka, serta harapan dan keinginan
mereka. Ambil contoh...
Dengan
demikian empati akan menjadi filter agar kita tidak mudah menyalahkan orang
lain. Namun kita biasakan untuk dapat memahami esensi setiap keadaan tidak
semata-mata berdasarkan cara pandang kita sendiri, melainkan juga menggunakan
sudut pandang orang lain. Hakikat empati adalah:
Usaha
masing-masing pihak untuk merasakan apa yang dirasakan orang lain;
Dapat
memahami pendapat, sikap dan perilaku orang lain.
Sikap
mendukung (supportiveness)
Hubungan
interpersonal yang efektif adalah hubungan dimana terdapat sikap mendukung
(supportiveness). Artinya masing-masing pihak yang berkomunikasi memiliki
komitmen untuk mendukung terselenggaranya interaksi secara terbuka. Oleh karena
itu respon yang relevan adalah respon yang bersifat spontan dan lugas, bukan
respon yang bertahan dan berkelit. Pemaparan gagasan bersifat deskriptif
naratif, bukan bersifat evaluatif. Sedangkan pola pengambilan keputusan
bersifat akomodatif, bukan intervensi yang disebabkan rasa percaya diri yang
berlebihan.
Sikap
positif (positiveness)
Sikap
positif (positiveness) ditunjukkan dalam bentuk sikap dan perilaku. Dalam
bentuk sikap, maksudnya adalah bahwa pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi
interpersonal harus memiliki perasaan dan pikiran positif, bukan prasangka dan
curiga. Dalam bentuk perilaku, artinya bahwa tindakan yang dipilih adalah yang
relevan dengan tujuan komunikasi interpersonal, yaitu secara nyata melakukan
aktivitas untuk terjalinnya kerjasama. Misalnya secara nyata membantu partner
komunikasi untuk memahami pesan komunikasi, yaitu kita memberikan penjelasan
yang memadai sesuai dengan karakteristik mereka.
Sikap
positif dapat ditunjukkan dengan berbagai macam perilaku dan sikap, antara
lain:
·
Menghargai orang lain
·
Berpikiran positif terhadap orang lain
·
Tidak menaruh curiga secara berlebihan
·
Meyakini pentingnya orang laine.
·
Memberikan pujian dan penghargaan
·
Komitmen menjalin kerjasama
Kesetaraan
(equality)
Kesetaraan
(equality) ialah pengakuan bahwa kedua belah pihak memiliki kepentingan, kedua
belah pihak sama-sama bernilai dan berharga, dan saling memerlukan. Memang
secara alamiah ketika dua orang berkomunikasi secara interpersonal, tidak
pernah tercapai suatu situasi yang menunjukkan kesetraan atau kesamaan secara
utuh diantara keduanya. Pastilah yang satu lebih kaya, lebih pintar, lebih
muda, lebih berpengalaman, dan sebagainya. Namun kesetaraan yang dimaksud
disini adalah berupa pengakuan atau kesadaran, serta kerelaan untuk menempatkan
diri setara (tidak ada yang superior atau inferior) dengan partner komunikasi.
Dengan
demikian dapat dikemukakan indikator kesetaraan, meliputi:
·
Menempatkan diri setara dengan orang lain
·
Menyadari akan adanya kepentingan yang berbeda
·
Mengakui pentingnya kehadiran orag lain
·
Tidak memaksakan kehendak
·
Komunikasi dua arah
·
Saling memerlukan
·
Suasana komunikasi: akrab dan nyaman
Sumber
:
Amir ,M.Taufiq.Belajar
Manajemen dari Konteks Dunia Nyata.Jakarta:Graha Ilmu.
Cangara,
Hafidz,2005, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta:PT RajaGrafindo Persada
Leavitt,Harold.
J,Zarkasi,Dra.Muslichah(penerjemah).1978.Psikologi Manajemen.Jakarta:Erlangga.
Mukhyi,Muammad Abdul & Saputro , Imam Hadi.1995.Pengantar Manajemen Umum.Jakarta:Gunadarma.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar